Search

คำสอน

Pokok 9: Kitab Roma (Komentari dalam Surat Roma)

[Pasal 7-6] Puji Tuhan, Juruselamat Orang Berdosa (Roma 7:14-8:2)

(Roma 7:14-8:2)
“Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa. Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.”
 
 


Manusia adalah orang berdosa yang mewarisi dosa 

 
 
Semua manusia mewarisi dosa dari Adam dan Hawa dan menjadi benih dosa. Kita dengan demikian pada dasarnya dilahirkan sebagai orang berdosa dan tidak bisa dihindari ada dalam keadaan berdosa. Semua manusia di dunia ini tidak bisa tidak menjadi orang berdosa karena satu nenek moyang, Adam, meskipun tidak ada yang ingin menjadi orang berdosa.
Apakah asal mula dosa? Dosa kita warisi dari orang tua kita. Kita dilahirkan dengan dosa di dalam hati kita. Inilah hakekat dosa yang kita warisi. Kita memiliki 12 macam dosa yang kita warisi dari Adam dan Hawa. Dosa-dosa itu—percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, dan kebebalan—terkandung di dalam hati kita sejak saat kita dilahirkan. Hakekat dasar manusia adalah dosa.
Demikianlah kita lahir dengan duabelas macam dosa. Kita tidak bisa tidak mengaku bahwa kita orang berdosa karena kita dilahirkan dengan dosa di dalam hati kita. Manusia lahir sebagai orang berdosa karena memang sebenarnya ia memiliki dosa di dalam hatinya, meskipun ia tidak melakukan dosa sepanjang hidupnya. Orang menjadi orang berdosa karena dilahirkan dengan dosa di dalam hatinya. Meskipun kita tidak melakukan dosa dengan daging kita, kita tidak bisa menghindar menjadi orang berdosa karena Allah memandang hati. Jadi semua manusia berdosa di hadapan Allah. 
 

Manusia melakukan dosa pelanggaran
 
Manusia juga melakukan dosa pelanggaran. Ia melakukan dosa di dalam daging, memunculkan dosa asal yang ada di dalam hati. Kita menyebutnya “kelemahan” atau “pelanggaran.” Semuanya adalah pelanggaran dari tingkah laku lahiriah kita yang asalnya dari dua belas macam dosa yang ada di dalam hati. Dosa dari dalam membuat manusia melakukan perbuatan kejahatan dan karena itu membuat semua manusia tanpa kecuali menjadi orang berdosa. Manusia nampaknya bukan orang berdosa kalau ia masih sangat muda. Dosa tidak secara jelas keluar dari kehidupan seorang anak kalau ia masih sangat muda, sama saja dengan pohon kesemak yang masih muda belum menghasilkan buah kesemak. Tetapi dosa mulai muncul semakin banyak kalau ia sudah semakin dewasa, dan kita menjadi lebih bisa melihat bahwa kita memang orang berdosa. Kita menyebut dosa-dosa itu sebagai kelemahan atau pelanggaran, dan semua itu adalah dosa yang dilakukan melalui tingkah laku kita. 
Allah mengatakan bahwa semuanya itu adalah dosa. Dosa-dosa di dalam hati dan perbuatan kejahatan daging kita sama-sama dosa. Allah menyebut manusia itu sebagai orang berdosa. Semua dosa termasuk di dalam dosa-dosa di dalam hati dan dosa-dosa tingkah laku. Jadi, semua manusia dilahirkan sebagai orang berdosa di hadapan Allah, apakah mereka melakukan dosa dalam tingkah laku mereka atau tidak. 
Orang yang tidak percaya mengatakan bahwa manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan baik, dan tidak ada yang dilahirkan jahat. Tetapi Daud mengakui di hadapan Allah, “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mazmur 51:4-5). Arti bagian ini adalah “Aku tidak bisa tidak melakukan dosa seperti ini, karena aku pada hakekatnya adalah benih dosa. Aku berdosa besar. Jadi kalau Engkau tidak menghapuskannya, aku akan masuk neraka. Aku memiliki dosa, kalau Engkau berkata aku memiliki dosa. Tetapi aku tidak memiliki dosa, kalau Engkau berkata aku tidak memiliki dosa. Semua tergantung kepadaMu, Allah, dan penghakimanMu.” 
Singkatnya, dalam pandangan Allah, semua manusia tidak bisa tidak menjadi orang berdosa karena mereka mewarisi dosa dari orang tua mereka. Mereka dilahirkan dalam keadaan berdosa apapun tingkah laku mereka. Satu-satunya jalan untuk lepas dari dosa adalah dengan percaya kepada keselamatan Yesus. Pendidikan umum mengajar anak-anak suatu pandangan yang keliru, yang intinya bisa dijelaskan sebagai berikut. “Semua manusia lahir dalam keadaan baik. Karena itu hiduplah benar sesuai dengan kebaikan asal manusia. Anda bisa melakukan kebaikan kalau berusaha.” Mereka mengatakan hanya hal yang positif. Manusia hidup di bawah pengajaran prinsip moral. Tetapi mengapa mereka melakukan dosa di dalam hati atau dengan tubuhnya di masyarakat atau di rumah mereka? Mereka melakukannya karena mereka pada hakekatnya lahir dengan dosa. Manusia dilahirkan sebagai benih dosa. Manusia tidak bisa tidak melakukan dosa, meskipun ia ingin melakukan kebaikan. Ini membuktikan bahwa kita dilahirkan dengan dosa.
 
 


Anda harus mengenal diri anda sendiri

 
 
Manusia tidak bisa tidak melakukan dosa dengan tubuh mereka sepanjang hidup mereka karena mereka memang lahir dengan dosa. Inilah keadaan hakiki dari manusia—kita harus mengenal diri kita sendiri. Socrates mengatakan, “Kenali dirimu sendiri!” Dan Yesus mengatakan, “Engkau orang berdosa karena engkau dikandung di dalam dosa dan dilahirkan dalam kesalahan. Karena itu engkau harus menerima pengampunan dosamu.” Kenali diri anda sendiri. Hampir semua orang salah memahami diri mereka. Hampir semua manusia hidup dan mati tanpa mengenali diri mereka sendiri. Hanya orang-orang yang bijaksana yang mengenal diri mereka sendiri. Mereka yang mengerti dan menerima kebenaran Yesus setelah mengerti bahwa diri mereka adalah benih pelaku kejahatan adalah orang-orang yang bijaksana. Mereka memiliki hak masuk ke dalam Kerajaan Surga. 
Mereka yang tidak mengenal diri mengajar orang lain untuk munafik dan tidak melakukan dosa lagi. Mereka mengajar orang untuk tidak menyatakan dosa-dosa yang di dalam. Para pengajar agama melatih mereka untuk tidak melakukan dosa dan untuk menekan dosa mereka setiap kali dosa itu menggeliat di dalam kehidupan mereka. Mereka semua sedang menuju neraka. Siapakah mereka? Mereka adalah hamba-hamba Iblis, gembala palsu. Yang mereka ajarkan bukan yang diajarkan Tuhan kepada kira. Tentu saja, Tuhan tidak pernah mengajak kita melakukan dosa. Tetap Ia mengatakan kepada kita, “Engkau memiliki dosa, engkau orang berdosa, dan upah dosa adalah maut. Engkau sedang menuju kebinasaan karena dosa-dosamu. Jadi, engkau harus ditebus dari dosa-dosamu. Terimalah karunia keselamatan yang menyelamatkanmu dari segala dosamu. Kemudian, segala dosamu akan diampuni dan engkau akan menerima kehidupan kekal. Engkau akan menjadi orang benar, orang kudus yang berharga dan anak Allah.” 
 
 


Mengapa Allah memberikan Taurat kepada manusia?

 
 
Paulus mengatakan, “Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Roma 5:20). Allah memberikan Taurat kepada kita supaya melaluinya dosa semakin dinyatakan sebagai dosa (Roma 7:13). Dia memberikan TauratNya kepada orang berdosa supaya mereka mengenali dosa-dosa mereka secara serius. 
Allah memberikan hukum Taurat kepada bangsa Israel ketika anak-anak Yakub hidup di padang gurun setelah Keluaran. Ia memberikan 613 rincian peraturan. Mengapa Allah memberikan hukum Taurat kepada manusia? Allah memberikan hukum Taurat kepada manusia, pertama, karena Ia menghendaki agar manusia mengenali dosa-dosa mereka, karena mereka tidak mengerti dosa-dosa mereka, dan kedua, karena manusia dilahirkan dengan dosa. 
Sepuluh perintah Allah menunjukkan betapa beratnya dosa-dosa manusia. “Jangan ada padamu Allah lain di hadapanKu. Jangan membuat bagimu patung… Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat… Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu… apa pun yang dipunyai sesamamu” (Keluaran 20:3-17).
Allah memberikan hukum Taurat kepada kita semua, dan melaluinya Ia mengajar kepada kita dosa apa yang kita miliki di dalam hati kita. Allah mengajarkan bahwa kita sepenuhnya berdosa di hadapan Allah, dan Ia memberi pemahaman kepada kita kebenaran bahwa kita orang berdosa karena kita tidak bisa mentaati hukum Taurat.
Bisakah manusia mentaati hukum Taurat Allah? Ketika Allah memerintahkan kepada bangsa Israel dan orang-orang bukan Yahudi agar tidak memiliki Allah lain di hadapanNya, Ia menghendaki untuk memberikan pemahaman bahwa mereka orang berdosa yang, sejak awal, tidak bisa mentaati bahkan hukum yang pertama sekalipun. Melalui perintah-perintah itu, mereka sampai kepada pemahaman bahwa mereka lebih mengasihi hal yang lain dibandingkan dengan sang Pencipta. Mereka menyadari bahwa mereka menyebut nama Allah dengan sembarangan, bahwa mereka membuat dan melayani berhala yang dibenci Allah, dan bahwa mereka tidak mau beristirahat meskipun Allah memberikan mereka istirahat untuk kepentingan mereka. Mereka juga mendapati bahwa mereka tidak menghormati orang tua mereka, mereka membunuh, mereka berzinah, dan mereka melakukan semua kejahatan yang dilarang Allah. Mereka tidak bisa, singkatnya, mentaati hukum Taurat Allah.
 

Hukum Taurat memiliki penguasaan atas orang-orang yang dosa-dosanya belum diampuni
 
Apakah anda mengerti apa sebabnya Allah memberikan hukum Taurat kepada kita? Allah memberikan hukum Taurat pertama-tama adalah untuk mereka yang belum dilahirkan kembali. “Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, -- sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum -- bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup?” (Roma 7:1). Allah memberikan hukum Taurat kepada mereka yang mewarisi dosa sejak dari nenek moyangnya dan yang belum dilahirkan kembali sehingga belum menyesali dosa-dosanya. Hukum Taurat memiliki penguasaan atas orang itu sepanjang hidupnya. Setiap keturunan Adam memiliki dua belas macam dosa di dalam hatinya. Allah memberikan hukum Taurat kepada mereka yang memiliki dosa di dalam hatinya dan Ia mengatakan bahwa dosa-dosa mereka sangat fatal. Karena itu, setiap kali dosa membunuh atau berzinah keluar dari kita dan membuat kita melakukan dosa, hukum Taurat mengatakan, “Allah melarangmu melakukan perzinahan lagi. Tetapi engkau melakukan perzinahan lagi. Engkau orang berdosa. Allah melarangmu untuk membunuh, tetapi engkau membunuh dengan kebencianmu. Engkau orang berdosa yang membunuh dan melakukan perzinahan. Allah melarangmu untuk mencuri, tetapi engkau mencuri lagi. Engkau pencuri.” Seperti ini, dosa menjadi nyata setelah hukum Taurat dinyatakan.
Itulah sebabnya Paulus mengatakan, “Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, -- sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum -- bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup?” Hukum Taurat memiliki penguasaan atas orang-orang yang belum diampuni dosanya. Kepada orang-orang non Yahudi, yang tidak mengenal hukum Taurat Allah, hati nurani mereka menjadi Taurat bagi mereka. Ketika mereka melakukan kejahatan, hati nurani mereka mengatakan bahwa mereka sudah melakukan dosa. Seperti itu juga, hati nurani orang percaya berfungsi sebagai Taurat bagi mereka, dan mereka mengenali dosa melalui hati nurani mereka (Roma 2:15).
Mengapa anda tidak melayani sang Pencipta, ketika hati nurani anda mengatakan bahwa ada Pencipta? Mengapa anda tidak mencari Allah? Mengapa anda mendustai hati anda sendiri? Anda harus malu atas dosa-dosa anda dan takut bahwa orang lain akan mendapati dosa-dosa anda. Tetapi orang berdosa yang tidak mengakui Allah dan yang mendustai hati mereka sendiri tidak tahu malu.
Kita malu akan diri kita sendiri kalau kita memandang ke langit, ke tanah, ke orang lain, atau ke ciptaan yang lain, kalau kita melakukan dosa. Allah memberikan kepada manusia hati nurani dan hukum Taurat untuk menunjukkan dosa. Tetapi kebanyakan mereka hidup tanpa Allah, menjadi munafik dalam pandangan Allah dan hidup sekehendak hati mereka. Mereka ditentukan masuk neraka. Seperti yang diingatkan Paulus kepada mereka supaya memperhatikan hukum Taurat, “Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, -- sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum -- bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup?” Manusia harus dilahirkan dua kali—sekali sebagai orang berdosa, dan kemudian dilahirkan kembali dengan anugrah penebusan Allah untuk hidup sebagai orang benar.
Paulus menjelaskan bagaimana Tuhan menyelamatkan kita dari kutuk hukum dosa dengan cara demikian: “Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain” (Roma 7:2-3). 
Kalau wanita yang sudah menikah berselingkuh, ia disebut pezinah. Tetapi kalau suaminya mati dan wanita itu menikah dengan laki-laki lain, tidak ada masalah dengan itu. Pemahaman yang sama bisa kita terapkan dalam pembebasan kita dari hukum dosa. Hukum Taurat memiliki penguasaan atas semua keturunan Adam yang dosa-dosanya belum diampuni. Hukum Taurat mengatakan, “Kamu orang berdosa.” Karena itu semua datang untuk mengakui keberdosaan mereka di hadapan Taurat dan berkata, “Aku harus masuk neraka. Wajar kalau aku masuk neraka karena upah dosa-dosaku.” Tetapi kalau kita mati terhadap hukum Taurat melalui tubuh Kristus, hukum Taurat tidak bisa lagi menguasai kita, karena diri kita yang lama disalibkan bersama dengan Kristus dengan dibaptiskan ke dalam Dia. 
 

Diri kita yang lama sudah mati 
 
Tuhan kita membereskan suami kita yang lama dan Ia memungkinkan kita menikah dengan Dia. “Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah” (Roma 7:4). Allah memberikan hukum Taurat kepada semua manusia karena nenek moyang semuanya sama, Adam, sehingga dosa melalui perintah itu semakin dinyatakan. Ia sudah menjadikan semuanya ada di bawah penghukuman Allah, tetapi Ia menyelamatkan mereka melalui tubuh Kristus. Yesus Kristus mati menggantikan kita. Tidakkah benar bagi kita masuk neraka sesuai dengan hukum Taurat Allah? Itu benar. Namun, Tuhan diutus ke dunia ini, menanggung segala dosa kita dengan baptisanNya di sungai Yordan, disalibkan dan menanggung kutuk hukum Taurat menggantikan kita. Melalui ini saja manusia bisa diselamatkan dan dilahirkan kembali.
Mereka yang belum dilahirkan kembali harus masuk neraka. Mereka harus percaya kepada Yesus dan diselamatkan. Kalau diri kita yang lama tidak mati sekaligus, kita tidak bisa menjadi ciptaan baru dan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kalau diri kita yang lama belum dihukum sesuai dengan hukum Taurat melalui iman kita yang dipersatukan dengan Yesus, kita harus dihukum dan masuk neraka. Semua manusia yang belum dilahirkan kembali akan masuk neraka. 
Orang yang tidak percaya hidup baik, menikmati segala kebaikan yang disiapkan kehidupan, dan tidak peduli akan hukuman kekal. Semua manusia harus menerima pengampunan dosa dari Tuhan Yesus saat hidup di dalam dunia ini. Setiap diri yang lama harus mati dalam kesatuan dengan Yesus melalui iman, karena kita tidak bisa dilahirkan kembali setelah meninggalkan dunia ini. Kita harus mati sekali dan dibebaskan dari dosa-dosa kita melalui iman kita kepada Yesus Kristus. Melalui siapa? Melalui tubuh Yesus Kristus. Bagaimana? Dengan percaya bahwa Yesus datang ke dunia ini dan menanggung segala dosa kita. Apakah anda mati? Apakah ada yang belum mati? Mungkin anda bertanya, “Bagaimana aku mati? Bagaimana aku hidup sekarang, kalau aku mati?” Ini adalah sebuah rahasia, rahasia yang tidak pernah bisa dipecahkan oleh agama.
Hanya orang-orang yang dilahirkan kembali bisa mengatakan bahwa diri mereka yang lama sudah mati bersama dengan Yesus. Orang berdosa bisa dilahirkan kembali dan diri mereka yang lama bisa mati dengan mendengar kepada Firman Allah dari mereka yang sudah dilahirkan kembali. Dan melalui ini mereka bisa menjadi hamba-hamba Allah. Semua manusia harus mendengar Firman Allah dari orang-orang kudus yang sudah dilahirkan kembali. Anda tidak akan bisa dilahirkan kembali kalau anda mengabaikan pengajaran mereka. Bahkan Paulus tidak bisa dilahirkan kembali tanpa Kristus, meskipun ia sudah belajar Firman Allah dari Gamaliel, salah satu guru Taurat yang sangat menonjol di masa itu. Betapa bersyukurnya kita! Kita bisa membawa buah-buah kebenaran dari Allah dengan percaya kepada Yesus Kristus, yang bangkit dari kematian, ketika kita mati melalui tubuh Yesus Kristus dengan iman. Kita kemudian bisa membawa sembilan buah dari Roh Kudus.
 

Kehendak dosa dalam anggota tubuh kita bekerja untuk berbuah bagi maut 
 
“Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut” (Roma 7:5). “Waktu kita masih hidup di dalam daging” berarti “sebelum kita dilahirkan kembali.” Kehendak dosa di dalam anggota tubuh kita bekerja untuk berbuah bagi maut kalau kita tidak memiliki iman melalui tubuh Yesus Kristus. Kehendak dosa senantiasa bekerja di dalam anggota tubuh kita saat itu. Ada duabelas macam dosa di dalam hati. Atau bisa dikatakan, ada duabelas macam tempat dosa di dalam kita. Hari ini, misalnya, dosa perzinahan keluar dari tempatnya dan mengganggu hati. Kemudian hati berkata kepada kepala, “Perzinahan keluar dari lubangnya dan menyuruh aku berzinah.” Kemudian kepala berkata, “Baik. Aku akan memerintahkan tangan dan kaki untuk melaksanakannya. Dengarkan, tangan dan kaki, lakukan sekehendakmu. Cepat!” Kepala memerintahkan anggota untuk pergi ke tempat dimana daging melakukan perzinahan. Kemudian, tubuh pergi dan melakukan apa yang diperintahkan oleh kepala. Demikian juga, ketika dosa pembunuhan keluar dari lubangnya, dosa itu menggoda hati dan hati membuat kepala marah kepada seseorang. Kemudian, kepala memerintahkan tubuh untuk mempersiapkan diri untuk itu. Dosa bekerja di dalam anggota tubuh kita seperti ini.
Inilah alasan mengapa kita harus menerima pengampunan dari segala dosa kita. Kalau kita tidak menerima pengampunan dosa, kita tidak bisa tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh hati, meskipun bukan itu yang ingin kita lakukan. Semua manusia harus dilahirkan kembali melalui Injil yang benar. Manusia bisa menjadi penuh kalau ia dilahirkan kembali, sama seperti ulat yang menjadi kupu-kupu. Para pendeta bisa sungguh-sungguh melayani Allah kalau mereka dilahirkan kembali. Sebelum dilahirkan kembali, yang bisa mereka katakan hanyalah, “Saudara yang kekasih, anda harus melakukan kebaikan.” Ini seperti mengatakan kepada orang sakit untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Mereka mendorong jemaatnya untuk membersihkan hati mereka, meskipun mereka tidak tahu bagaimana membersihkan hati mereka yang penuh dengan dosa.
Kehendak penuh dosa dari anggota tubuh kita bekerja untuk berbuah bagi maut. Apakah manusia melakukan dosa karena ia menghendakinya? Kita melakukan dosa sebagai hamba dosa karena kita lahir dengan dosa, karena segala dosa kita belum dihapuskan, dan karena kita belum mati melalui tubuh Yesus Kristus. Kita melakukan dosa, meskipun kita tidak suka melakukannya. Segala dosa karena itu harus menerima pengampunan dosa. 
Lebih baik bagi para pendeta yang belum dihapuskan dosanya berhenti melayani Tuhan. Lebih baik mereka menjual kubis China. Saya menyarankan agar mereka melakukan hal itu. Lebih baik demikian daripada mendustai orang lain dengan mengatakan kebohongan untuk mendapat uang dan mengambil persembahan bagi diri mereka sendiri, dan menjadi gemuk seperti babi. 
Kalau seseorang belum diselamatkan dari dosanya, dosa dan kehendaknya di dalam anggota tubuhnya bekerja untuk berbuah bagi maut. Kita bisa melayani Tuhan dibawah anugrahNya dengan menerima Roh Kudus setelah dosa-dosa kita dihapuskan. Tetapi kita tidak bisa melayani Tuhan di bawah hukum Taurat. Tuhan kita mengatakan, “Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat” (Rum 7:6).
 

Hukum Taurat membuat dosa kita lebih nyata keadaannya sebagai dosa
 
“Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: “Jangan mengingini!” Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati. Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik. Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa” (Rum 7:7-13).
Paulus mengatakan bahwa Allah memberikan kepada kita hukum Taurat untuk membuat dosa lebih nyata keadaannya sebagai dosa. Ia juga mengatakan, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” (Roma 3:20). Namun, banyak orang Kristen berusaha hidup dengan hukum Taurat saat mengejar kebenaran Taurat. Banyak pendeta, yang tidak dilahirkan kembali, yakin bahwa orang menjadi sakit karena tidak taat kepada hukum Taurat, dan bahwa mereka bisa pulih dari sakit mereka, hanya kalau mereka hidup seturut dengan hukum Taurat. 
Bisakah kita menyimpulkan bahwa semua ketidaktaatan kita kepada hukum Taurat menyebabkan semua penyakit kita? Banyak orang Kristen, pelayan dan juga pengikutnya, berpikir bahwa ada hal yang tidak beres karena mereka tidak bisa hidup sesuai dengan Firman Allah. Mereka berpikir bahwa mereka sakit karena dosa-dosa mereka. Karena itu mereka takut terhadap dosa. Mereka menangis setiap hari. Mereka bahkan seperti menambahkan satu ayat di dalam Alkitab yang mengatakan, “Menangis lebih banyak lagi. Menangis senantiasa. Menangislah dalam segala sesuatu,” meskipun Alkitab mengatakan kepada kita, “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tesalonika 5:16-18). Tetapi para pendeta palsu mengajar jemaatnya untuk semakin banyak menangis, menangis senantiasa, seolah-olah kerutan di dahi tanda mereka banyak menangis menjadi tanda untuk iman mereka.
Mereka yang memiliki iman legalistik menganggap bahwa orang-orang yang menangis memiliki iman yang baik. Para pendeta palsu, menunjuk para wanita yang pintar menangis menjadi diaken dan para pria Kristen yang gampang mengeluarkan air mata sebagai penatua. Jangan menangis di gereja; menangislah di rumah, kalau memang anda sungguh-sungguh mau menangis. Mengapa Yesus disalibkan? Untuk membuat kita menjadi orang-orang yang suka menangis? Tentu saja tidak! Yesus membuang segala dukacita, kutuk, penyakit dan luka-luka sekali untuk selamanya, sehingga penyalibanNya tidak akan membuat kita semakin banyak menangis tetapi justru menjadikan kita semakin bisa hidup penuh sukacita. Jadi mengapa mereka menangis? Mereka harus dipulangkan kalau mereka mencoba menangis di dalam gereja Allah yang sudah dilahirkan kembali. 
 

Apakah perbedaan antara orang-orang yang dilahirkan kembali dengan orang-orang yang tidak dilahirkan kembali?
 
Hukum Taurat tidak pernah salah. Hukum Taurat itu kudus. Hukum Taurat itu sungguh-sungguh benar saat kita sama sekali tidak pernah menjadi benar. Kita bertentangan dengan hukum Taurat karena kita lahir dengan dosa sebagai keturunan Adam. Kita melakukan apa yang tidak boleh kita lakukan, dan kita tidak melakukan apa yang harus kita lakukan. Karena itu hukum Taurat membuat dosa kita menjadi semakin nyata.
“Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa. Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:14-24).
Sebelum bagian ini, Paulus mengatakan bahwa kita semua, termasuk dirinya, harus dihakimi sekali oleh hukum Taurat. Ia mengatakan bahwa hanya mereka yang sudah menerima segala murka dan penghukuman hukum Taurat di dalam tubuh Yesus Kristus yang bisa menghasilkan buah-buah kebenaran bagi Allah. Ia juga mengatakan bahwa tidak ada yang baik di dalam dirinya, dan bahwa seorang yang tidak dilahirkan kembali tidak bisa tidak melakukan dosa. Demikian juga orang yang sudah dilahirkan kembali. Tetapi tentu saja ada perbedaan besar di antara keduanya. Mereka yang sudah dilahirkan kembali memiliki daging dan Roh, jadi ada dua macam kehendak di dalam diri mereka. Tetapi mereka yang belum dilahirkan kembali hanya memiliki nafsu kedagingan, dan yang mereka kehendaki hanyalah dosa. Jadi, yang mereka perhatikan hanyalah betapa bagusnya dan berlanjutnya mereka melakukan dosa. Inilah tujuan di dalam kehidupan, yang sering di dalam kehidupan orang-orang yang tidak dilahirkan kembali.
Dosa membuat manusia melakukan dosa. Roma 7:20 mengatakan, “Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.” Apakah ada dosa di dalam hati orang-orang yang dilahirkan kembali? Tidak. Adakah dosa di dalam hati mereka yang belum dilahirkan kembali? Ya! Kalau anda memiliki dosa di dalam hati anda, dosa bekerja di dalam daging dan membuat anda melakukan lebih banyak dosa. “Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.” Manusia tidak bisa tidak melakukan dosa sepanjang kehidupan mereka, karena mereka dilahirkan dengan dosa. 
Orang-orang yang dilahirkan kembali bisa menghasilkan buah Roh secara spontan. Tetapi mereka yang tidak dilahirkan kembali tidak bisa menghasilkan buah yang demikian. Mereka tidak memiliki belas kasihan kepada orang lain. Beberapa bahkan membunuh anak-anak mereka sendiri, kalau anak-anak itu tidak taat. Kekejaman keluar dari dalam hati mereka dan membunuh anak-anak di dalam hati mereka kalau anak-anak itu tidak taat. Meskipun mereka tidak sungguh-sungguh membunuh anak-anaknya, tetapi dengan hati mereka sering kali membunuh. 
Apakah anda mengerti apa yang saya jelaskan di sini? Tetapi orang-orang benar tidak akan bisa melakukan hal seperti itu. Mereka mungkin saja akan terlibat di dalam perdebatan, tetapi mereka tidak bisa memiliki hati yang kejam seperti itu, yang penuh dengan berbagai kepahitan dan kemarahan seperti yang dimiliki orang-orang lain. 
Namun, orang-orang benar ingin menunjukkan belas kasihan kepada orang lain, meskipun kepada mereka yang mungkin membantah pandangannya. “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.” Manusia ingin melakukan kebaikan karena mereka diciptakan segambar dengan Allah. Tetapi ketika dosa-dosa masih ada di dalam hatinya, hanya kejahatan yang keluar dari kehidupan mereka. 
Orang-orang Kristen yang belum dilahirkan kembali saling berkata, dengan meratap, “Aku sungguh-sungguh ingin melakukan kebaikan, tetapi aku tidak bisa. Aku tidak tahu mengapa aku tidak bisa.” Mereka harus tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan hal itu mereka orang berdosa yang belum diselamatkan. Mereka tidak bisa melakukan kebaikan karena mereka memiliki dosa di dalam hati mereka. Orang yang dilahirkan kembali memiliki kehendak Roh selain nafsu kedagingan, tetapi mereka yang tidak dilahirkan kembali tidak memiliki Roh. Inilah kunci perbedaan untuk membedakan antara orang-orang yang dilahirkan kembali dengan yang tidak.
Paulus berbicara mengenai keadaan orang yang tidak dilahirkan kembali di dalam pasal 7. Menjelaskan hukum Taurat dalam Roma 7:1 dan seterusnya, ia mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan kebaikan yang dikehendakinya, tetapi ia melakukan kejahatan yang tidak ia kehendaki. Paulus, dengan kata lain, tidak memiliki keinginan untuk melakukan dosa dan hanya ingin melakukan kebaikan, tetapi ia hanya bisa melakukan apa yang tidak dikehendakinya, saat apa yang dikehendaki di dalam hati untuk dilakukan didapatinya tidak mungkin dilakukannya. “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” Ia meratapi nasibnya yang malang ini, tetapi kemudian ia langsung mengucap syukur kepada Tuhan, dengan mengatakan, “Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita!” 
Apakah anda mengerti maksudnya? Kita, orang-orang yang dilahirkan kembali, bisa mengerti perkataannya, tetapi mereka yang belum dilahirkan kembali tidak pernah akan bisa memahaminya. Ulat yang belum pernah menjadi kupu-kupu tidak akan mengerti apa yang dikatakan kupu-kupu. “Wow! Aku menyanyikan lagu selama berjam-jam selama sehari di atas pohon. Betapa sejuknya udara ini!” Ulat tidak akan pernah mengerti yang dikatakan kupu-kupu, tetapi kupu-kupu itu akan bisa mengerti apa udara itu.
Karena Paulus sudah dilahirkan kembali, ia bisa menjelaskan secara tepat apa perbedaan antara mereka yang sudah dilahirkan kembali dengan yang belum. Ia mengatakan Juruselamat yang menyelamatkan mereka adalah Yesus Kristus. Apakah Yesus Kristus menyelamatkan kita? Tentu saja ya! “Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.” 
Mereka yang dosa-dosanya sudah dihapuskan melayani hukum Allah dengan hati mereka. Lalu, kemudian, apa yang mereka layani dengan daging mereka? Mereka melayani hukum dosa dengan daging mereka. Daging suka melakukan dosa karena ia belum diubahkan sama sekali. Daging ingin melakukan keinginan daging dan Roh keinginan Roh. Karena itu mereka yang dosa-dosanya sudah dihapuskan bisa dan ingin mengikuti Tuhan karena Roh Kudus sekarang berdiam di dalam hidupnya. Tetapi mereka yang dosa-dosanya belum dihapuskan tidak bisa tidak melakukan dosa dengan pikiran dan daging mereka. Orang-orang yang dilahirkan kembali, yang sekarang dosa-dosanya sudah dihapuskan, bisa mengikuti Allah dengan pikiran mereka meskipun dengan daging mereka mengikuti dosa.
 

Hukum Roh kehidupan di dalam Kristus Yesus sudah memerdekakan kita dari hukum dosa dan maut 
 
Mari meloncat ke Roma 8:1 sekarang. Mereka yang dosa-dosanya ditanggung karena percaya kepada keselamatan Yesus tidak lagi dihukum oleh Hukum Allah, meskipun mereka lahir sebagai orang berdosa. “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Roma 8:1-2). 
Demikianlah sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Tidak ada penghukuman! Mereka yang dilahirkan kembali tidak memiliki dosa, dan tidak ada penghukuman bagi mereka. Tidak ada dosa yang tertinggal di dalam hati mereka karena hukum Roh kehidupan di dalam Kristus Yesus sudah membuat mereka merdeka dari hukum dosa dan maut. Tuhan kita adalah sumber kehidupan. Ia menjadi Anak Domba Allah, dikandung dari Roh Kudus, dan menanggung segala dosa dunia ke atas diriNya di atas sungai Yordan melalui baptisan oleh Yohanes. Menanggung hukuman kita, dengan disalibkan bagi kita. Melalui hal ini Ia secara sempurna menanggung segala dosa kita. 
Apakah kita, kemudian, harus mati lagi karena dosa-dosa kita? Apakah kita memiliki sesuatu untuk dihakimi? Apakah kita memiliki dosa di dalam hidup kita, kalau segala dosa kita sudah ditanggungkan kepada Yesus Kristus melalui baptisanNya? Tentu saja tidak! Kita tidak harus dihukum, karena Tuhan sudah dibaptiskan di sungai Yordan, disalib menggantikan kita, dan bangkit kembali dari antara orang mati pada hari yang ketiga untuk menyelamatkan semua orang berdosa.
Keselamatan Allah memerdekakan kita dari penghukumanNya sementara hukum Taurat mengakibatkan murka. “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Murka Allah dinyatakan kepada mereka yang memiliki dosa. Allah membuang mereka ke neraka. Tetapi Tuhan sudah memerdekakan kita dari hukum dosa dan maut dengan menghapuskan segala dosa dari hati kita. Ia menjadikan kita orang percaya, yang ada di dalam Yesus Kristus, merdeka dari dosa. Apakah dosa-dosa anda sudah dihapuskan? 
“Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh” (Roma 8:3-4). 
Tuhan kita menyatakan secara jelas di sini bahwa daging itu lemah dan tidak bisa taat kepada tuntutan hukum Taurat. Hukum Allah itu pasti baik dan indah, tetapi kita tidak bisa mentaatinya karena daging kita terlalu lemah. Hukum Allah menuntut agar kita sempurna. Hukum itu menuntut agar kita sampai kepada ketaatan penuh kepada hukum Allah, tetapi daging kita tidak akan bisa hidup dengan segala aturan hukum Taurat karena kelemahannya. Hukum Taurat dengan demikian mengakibatkan murka bagi kita. Tetapi apa gunanya yang dilakukan Yesus, kalau kita tetap harus dihukum? 
Allah mengutus Anak TunggalNya untuk menyelamatkan kita. Allah memberikan kebenaranNya kepada kita dengan mengutus AnakNya dalam rupa manusia yang berdosa, karena dosa-dosa kita. Yesus diutus ke dalam dunia ini dalam rupa daging. “Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.” Allah menanggungkan segala dosa kita kepada Yesus sehingga kebenaran yang dituntut oleh Taurat bisa digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Dosa-dosa kita dihapuskan karena kepercayaan kita kepada Yesus Kristus dengan hati kita. Dosa-dosa kita dihapuskan ketika kita mengakui apa yang dilakukan Yesus Kristus kepada kita.
 

Mereka yang hidup menurut Roh dan yang hidup menurut daging 
 
Ada dua jenis orang Kristen: mereka yang mengikuti pemikirannya sendiri dan yang mengikuti Firman kebenaran. Yang kedua bisa diselamatkan dan menjadi orang benar, sedangkan yang pertama akan binasa.
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera” (Roma 8:5-6). Mereka yang berpikir bahwa percaya kepada Allah berarti harus hidup seturut dengan hukum Taurat tidak akan pernah bisa menjadi sempurna. “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging.” 
Hal kedaginganlah yang membersihkan hanya diri bagian luar saja. Mereka yang demikian mengelap debu Alkitab dan pergi ke gereja setiap minggu dengan gaya suci, meskipun mereka berkelahi dengan istrinya dan melakukan kejahatan di rumahnya. Mereka menjadi malaikat di hari Minggu. 
“Hai, apa kabar?” 
“Senang bertemu anda lagi.” 
Mereka mengatakan “Amin” berulangkali setiap kali pendeta berkhotbah dengan suara yang suci dan gaya yang penuh kasih. Mereka dengan tenang keluar dari gereja sesudah ibadah penyembahan, tetapi menjadi berubah sama sekali kalau gereja sudah tidak kelihatan lagi. 
“Apa yang dikatakan Firman Allah kepadaku? Aku tidak bisa ingat; mari kita pergi minum?” 
Mereka adalah para malaikat di dalam gereja tetapi menjadi makhluk duniawi dalam sekejap saja kalau jauh dari gereja. 
Orang-orang berdosa, karena itu, harus berdoa kepada Allah demikian: “Allah, selamatkanlah saya, makhluk yang berdosa ini. Saya tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga dan akan masuk neraka kalau Engkau tidak menyelamatkan saya. Tetapi kalau Engkau membasuh segala dosa yang saya lakukan sampai hari kematian saya, saya bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga dengan iman.” Mereka harus sungguh-sungguh bersandar kepada Allah.
Setiap orang percaya bisa menerima pengampunan dosa dan menjalani kehidupan rohani kalau mereka mengikuti Firman Allah. “Mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.” Kalau kita berpikir dan percaya sesuai dengan kebenaran Allah, damai akan datang kepada kita. “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah” (Roma 8:7-8). Mereka yang dosa-dosanya belum dihapuskan masih ada hidup dalam daging dan tidak akan pernah bisa menyenangkan Allah.
“Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Roma 8:9). Banyak orang bingung dengan bagian ini karena Paulus berbicara secara mendalam dengan kata-kata rohani. Mereka yang belum dilahirkan kembali bingung dengan Roma pasal 7 dan 8. Mereka tidak pernah bisa memahami bagian Alkitab yang ini. Tetapi kita, yang dilahirkan kembali, tidak hidup dalam daging, dan tidak hanya hidup menurut daging. 
Baca dengan hati-hati apa yang dikatakan Paulus di dalam bagian di atas. Apakah Roh Kudus berdiam di dalam anda? Kalau seseorang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Kalau bukan milik Kristus, berarti orang ini milik Iblis dan akan masuk neraka. 
“Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu” (Roma 8:10-11). Amin. 
Tuhan kita dikandung dari Roh Kudus, diutus ke dalam dunia ini dalam daging, dan menanggung segala dosa kita. Tuhan sudah datang ke dalam hati orang-orang percaya, yang percaya kepada penghapusan dosa, dan bertahta di dalam hati mereka. Roh Kudus datang ke dalam hati dan membuktikan bahwa Tuhan Yesus kita menghapuskan segala dosa kita, seputih salju. Allah juga memberikan kehidupan kepada daging kita ketika Yesus datang ke dalam dunia ini kembali. “Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu.”
 

Roh itu bersaksi bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah 
 
Kita harus hidup oleh iman kepada Allah dan Roh Kudus setelah kita dilahirkan kembali. “Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” (Roma 8:12-17). Kita berseru, “Abba, Bapa,” karena kita sudah menerima Roh yang menjadikan kita anak Allah, bukan roh perbudakan dan ketakutan.
“Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.” Pertama-tama, Roh Kudus bersaksi bahwa kita menerima pengampunan dosa melalui Firman Allah yang begitu nyata. Kesaksian yang kedua adalah bahwa kita tidak memiliki dosa. Roh juga menyaksikan bahwa kita sudah diselamatkan. Roh Kudus melakukan hal itu di dalam hati mereka yang dosa-dosanya sudah dihapuskan. “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (Roma 3:10). Benar, tetapi ini sebelum Allah membebaskan kita. Sesudah bagian itu, dituliskan bahwa kita dibenarkan secara cuma-cuma melalui anugrahNya melalui penebusan yang ada di dalam Yesus Kristus (Roma 3:24). Dikatakan juga bahwa Roh sendiri memberikan kesaksian bahwa kita adalah anak-anak Allah. Roh itu datang kepada kita ketika kita mengaku di dalam hati kita apa yang dilakukan Allah kepada kita, tetapi kalau kita tidak percaya kepada hal itu, Roh itu tidak akan bisa ditemukan di dalam kehidupan kita. Kalau kita menerima yang dilakukan Allah di dalam hati kita, Roh memberi kesaksian, “Engkau benar. Engkau adalah anak-anakKu. Engkau pantas. Engkau umatKu.” “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Sangat pantas bagi anak-anak Allah untuk menderita bersama-sama dengan Tuhan, dan juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Mereka yang memiliki Roh Kudus, hidup dituntun oleh Roh, menyandarkan harapannya akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
 

Kita hidup dalam pengharapan akan Kerajaan Seribu Tahun dan Kerajaan Surga meskipun ada penderitaan di jaman sekarang ini 
 
Mari kita membuka Roma 8:18-25. “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.”
Kita adalah buah pertama dari Roh Kudus. Kita yang sudah dilahirkan kembali adalah buah pertama kebangkutan. Kita akan ambil bagian dalam kebangkitan yang pertama. Yesus Kristus adalah buah pertama dari kebangkitan dan kita bersama-sama dengan Dia. Mereka yang miliki Kristus ambil bagian dalam kebangkitan pertama; dan kemudian tibalah kesudahannya. Orang-orang yang jahat akan ambil bagian dalam kebangkitan yang kedua dan menerima hukuman. Inilah yang dikatakan Paulus, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Dengan kemuliaan di sini, ia menunjuk kepada Kerajaan Seribu Tahun dan Kerajaan Surga. Kita akan diubahkan ketika waktu yang keberkatan itu datang. Anak-anak Allah akan sepenuhnya bangkit kembali dari kematian dan setiap mereka akan menerima hidup kekal dari Tuhan. Daging akan sungguh-sungguh bangkit dari kematian (jiwa kita sudah terlebih dahulu bangkit dari kematian.) Allah akan memperbaharui segala sesuatu dan orang-orang benar akan hidup bersukacita sebagai raja selama seribu tahun. 
Semua makhluk di alam semesta menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Ciptaan akan diubahkan sama seperti kita diubahkan. Tidak akan ada lagi yang dinamakan sakit, penderitaan atau kematian di saat Kerajaan Seribu Tahun. Tetapi kita semua mengeluh sekarang. Mengapa? Karena daging masih lemah. Apa yang dikeluhkan jiwa kita? Jiwa kita mengeluh menantikan kebangkitan tubuh kita. 
“Kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun” (Roma 8:23-25). 
Kita mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, karena kita diselamatkan dalam pengharapan ini. Kita, yang dosa-dosanya sudah sepenuhnya dihapuskan, akan masuk Kerajaan Seribu Tahun dan Kerajaan Surga. Kita tidak akan binasa, meskipun dunia secara tiba-tiba berakhir. Tuhan kita akan datang lagi ke dunia ini di akhir jaman. Ia akan membuat segala sesuatu baru dan membangkitkan tubuh orang benar yang diperbaharui. Ia akan membuat semuanya memerintah selama seribu tahun. 
Akhir dunia ini menakutkan bagi orang-orang berdosa, tetapi pengharapan bagi orang-orang benar. Paulus berharap akan hal itu. Apakah anda mengeluh, dan anda menantikan saatnya penebusan tubuh anda? Apakah Roh mengunggu juga? Kita akan diubahkan ke dalam tubuh rohani, seperti tubuh kebangkitan Yesus Kristus, yang tidak merasakan sakit atau kelemahan. 
 

Roh Kudus menolong orang benar memiliki iman 
 
Roh Kudus menolong kita memiliki iman. Apakah kita berharap kepada apa yang bisa kita lihat? Tidak, kita berharap untuk apa yang belum kita lihat. “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Roma 8:26-27). 
Apa yang sungguh-sungguh dikehendaki Roh di dalam kehidupan kita? Apa yang Dia tolong kitauntuk lakukan? Apa yang anda harapkan? Kita berharap akan ‘langit dan bumi baru’ (2 Petrus 3:13), Kerajaan Surga. Kita tidak ingin hidup di dalam dunia yang menuju kebinasaan ini lagi. Kita lelah, dan karena itu mengharapkan Hari Tuhan kita. Kita ingin hidup kekal tanpa dosa, tanpa sakit, tanpa roh jahat; kita ingin hidup di sana dengan sukacita, damai, kasih dan kelembutan dalam persekutuan yang penuh dengan Tuhan Yesus dan dengan sesama. 
Jadi, Roh mengeluh dan mendoakan kita, menantikan saatnya langit dan bumi baru. Terus terang, kita, orang-orang benar, tidak memiliki kesenangan atas dunia ini kecuali mungkin, bermain sepak bola bersama selama beberapa waktu dengan sesama hamba Allah. Kita hidup di dunia ini karena kita tertarik untuk memberitakan Injil. Kalau bukan karena Amanat Agung ini, orang-orang benar tidak memiliki alasan untuk berada di dunia ini.
 

Allah membiarkan segala sesuatu bekerja bagi kebaikan orang-orang yang dilahirkan kembali yang mengasihi Dia
 
Mari kita membaca Roma 8:28-30. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya.” 
Dalam Roma 8:28 Paulus mengatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Bagian ini sangat penting. Banyak orang berpikir, “Mengapa aku dilahirkan? Allah seharusnya menciptakan aku di tempat dimana Iblis tidak ada, dan Ia seharusnya mengijinkan aku masuk Kerajaan Surga sejak awal. Mengapa Ia menciptakan aku seperti ini?” Beberapa orang yang dilahirkan dalam keadaan buruk menyimpan dendam, pertama-tama kepada orang tuanya, dan kemudian kepada Allah. “Mengapa Engkau menciptakan aku untuk mengalami begitu banyak penderitaan?”
Bagian ini memberikan kepada kita jawaban yang benar untuk pertanyaan itu. Kita dilahirkan sebagai ciptaan Allah. Benar bukan? Kita semua ciptaanNya. Allah menciptakan kita di dalam gambarNya sesuai rupa Allah, tetapi tetap saja kita ciptaanNya. Ada tujuan Allah menempatkan kita di dalam dunia ini. Kitab Suci mengatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Karena dosa asal kita dapatkan dari Adam dan Hawa, nenek moyang kita, yang didustai oleh Iblis, kita dilahirkan sebagai orang berdosa dan menderita. Tetapi Allah mengutus Yesus Kristus untuk kita supaya menjadikan kita anak-anakNya melalui iman. Itulah tujuan Ia menciptakan kita. Ia juga mau memberikan kepada kita kehidupan yang bahagia dan kekal seperti allah, dengan Yesus Kristus dan Bapa di dalam Kerajaan Seribu Tahun dan Kerajaan Surga.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Kehendak Allah bagi kita digenapi ketika dosa-dosa kita dihapuskan. Bukankah demikian? Bukankah kita harus bersukacita dilahirkan ke dalam dunia ini? Ketika kita berpikir mengenai kemuliaan yang akan kita nikmati di masa yang akan datang, kita tidak bisa tidak bersukacita bahwa kita sudah dilahirkan. Tetapi kebanyakan manusia tidak bersukacita, dan ini karena mereka menolak kasih Allah. 
Apakah anda tahu mengapa ada dosa dan penyakit, dan mengapa segala sesuatu nampaknya baik untuk orang-orang jahat sementara mereka yang berusaha melakukan kebaikan justru menderita? Ini karena hanya ketika kita menderita kita datang untuk mencari Allah, bertemu denganNya dan menjadi anak-anakNya dengan menerima pengampunan dosa. Allah membiarkan orang jahat ada di dalam dunia ini untuk menjadikan segala sesuatu bekerja untuk kebaikan mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Dia. 
Jangan berpikir begini: “Aku tidak tahu mengapa Allah menciptakan aku demikian. Apa sebabnya Allah membiarkan aku lahir dalam keluarga miskin dan menderita?” Allah membiarkan kita lahir ke dalam dunia ini di bawah kuasa Iblis dan hukum Taurat untuk menjadikan kita anak-anakNya dan menjadikan kita hidup kekal sebagai raja bersama dengan Tuhan di dalam Kerajaan-Nya. Segala sesuatu bekerja bersama untuk yang lebih baik dan Allah membuat kita anak-anakNya. Inilah tujuan Allah menciptakan kita demikian. Kita tidak memiliki apa-apa untuk melakukan komplain dan menggerutu di hadapan Allah. “Mengapa aku diciptakan demikian? Mengapa aku begini?” Kehendak Allah yang baik digenapi melalui semua kesulitan itu. 
Jangan mengeluh karena penderitaan anda. Jangan menyanyikan lagu-lagu sendu mengenai kehidupan anda lagi. “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibrani 9:27). Di sinilah anugerah keselamatan Allah di antara kelahiran dan penghakiman seseorang. Kita percaya kepada Yesus Kristus, segala dosa kita dihapuskan karena anugerah Allah, dan kita akan memerintah selamanya di dalam Kerajaan Seribu Tahun dan Kerajaan Surga. Kita akan disebut “tuan atas semua ciptaan.” Apakah anda sekarang mengerti mengapa Allah membiarkan anda menderita? Ia memberikan penderitaan dan kesulitan kepada kita untuk memberkati kita menjadi anak-anakNya dengan membuat kita kembali kepada Allah.
 

Allah menentukan agar kita menjadi serupa dengan gambar AnakNya
 
Tidak perlu waktu lama bagi kita untuk menerima pengampunan dosa, diselamatkan dari penghukuman Allah dan menjadi orang benar. Kita dijadikan orang benar sekali untuk seterusnya, dan kita bisa langsung menjadi anak-anak Allah melalui iman. Keselamatan Allah bukanlah karena sebuah proses jangka panjang pengudusan kita. Ha menyelamatkan kita sekali untuk selamanya dan menjadikan kita benar sekaligus.
“Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya” (Roma 8:29-30). 
Banyak orang mendasarkan “lima doktrin Calvinisme” atas ayat-ayat ini. Tetapi mereka keliru. Di sini, Paulus mengatakan, “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya.” Allah menentukan kita menjadi anak-anakNya di dalam Yesus. Allah menentukan kita untuk lahir ke dalam dunia ini di bawah rancanganNya. Ia menciptakan kita. Untuk dijadikan serupa dengan gambaran siapa? Untuk dijadikan serupa dengan gambaran Allah, dengan gambaran AnakNya. 
Allah mengijinkan kita dilahirkan, dan menentukan untuk mengangkat kita menjadi anak-anakNya melalui Yesus Kristus, sesuai dengan kehendak kebaikanNya. Ia berjanji mengutus AnakNya untuk menjadikan kita anak-anakNya, yang dijadikan serupa dengan gambaran AnakNya. Allah memanggil kita melalui Yesus Kristus ketika kita masih orang berdosa, sebagai keturunan Adam. “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Dia memanggil kita setelah menanggung segala dosa kita. Ia memanggil kita untuk menjadikan kita orang benar oleh iman.
 

Allah menjadikan kita orang percaya dan Ia mempermuliakan kita
 
Allah memanggil orang berdosa dan menjadikan mereka orang benar sekali untuk seterusnya. Kita dijadikan orang benar sekali untuk seterusnya dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, bukan dengan cara dikuduskan secara bertahap, seperti pengajaran para theolog. Kebenaran Allah memanggil orang-orang berdosa dan menjadikan mereka orang benar—inilah alasannya Ia memanggil orang-orang berdosa.
“Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya.” Mereka yang dipanggil oleh Allah dan yang percaya kepada apa yang Yesus Kristus lakukan menjadi orang-orang benar. Kita sebelumnya tentu saja memiliki dosa sebagai keturunan Adam, tetapi dosa-dosa kita dihapuskan ketika kita percaya kepada kebenaran bahwa Yesus sudah menghapuskannya. Apakah anda kemudian memiliki dosa atau tidak? Tentu saja tidak. Kita tidak lagi memiliki dosa di dalam kita. “Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya.”
Orang-orang benar yaitu mereka yang menjadi anak-anak Allah. Tidak benar bahwa kita menjadi anak-anak Allah secara bertahap, langkah demi langkah. Namun, kita sekaligus dimuliakan sebagai anak-anak Allah melalui penebusanNya.
“Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya.” Allah menjadikan kita anak-anakNya. Saya tidak mengerti mengapa banyak orang Kristen yang percaya kepada apa yang disebut sebagai “lima langkah menuju keselamatan.” Keselamatan dan menjadi anak-anak Allah dilakukan sekali untuk selamanya. Membutuhkan waktu bagi kita untuk mengambil bagian di dalam kebangkitan tubuh kita, karena kita menantikan kedatangan Tuhan kita yang kedua kali, tetapi pembebasan kita dari dosa terjadi sekali, dalam sekejap mata. Kita langsung menerima penebusan ketika kita meresponi terhadap Firman pengampunan dosa yang diberikan Allah, yang memanggil kita, telah berikan kepada kita, dan menerima apa yang dilakukanNya untuk menyelamatkan kita. “Terima kasih, Tuhan. Haleluya! Amin! Aku diselamatkan karena Engkau menyelamatkan aku. Aku tidak akan bisa ditebus kalau Engkau tidak membasuh segala dosaku. Terima kasih, Tuhanku! Haleluya!” Dosa-dosa kita dihapuskan dengan cara demikian.
Penebusan tidak membutuhkan perbuatan atau waktu kita. Perbuatan kita tidak memainkan peranan apapun, bahkan 0,1 % sekalipun, di dalam penebusan kita. Penganut Calvinis mengatakan bahwa seseorang harus melewati langkah demi langkah untuk ditebus dan masuk Kerajaan Surga. Sama seperti seekor cacing tidak bisa lari 100 m dalam sedetik seberapapun kerasnya ia berjuang, manusia tidak bisa menjadi benar dengan usahanya sendiri, seberapapun baiknya, atau kerasnya ia berjuang mentaati hukum Taurat. Cacing tetaplah cacing bagaimanapun ia mencuci dirinya dan memakai make-up dengan kosmetik yang mahal. Demikian juga, selama orang berdosa memiliki dosa di dalam hatinya, mereka masih tetap orang berdosa bagaimanapun mereka kelihatan baik. 
Bagaimana mungkin orang berdosa bisa secara sempurna menjadi orang benar dengan disucikan secara bertahap? Apakah daging bisa semakin menjadi baik? Tidak, daging semakin jahat dan tidak taat semakin dia bertambah tua. Alkitab mengatakan, “Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya.” Bagian ini menyebutkan secara berjenjang apa yang terjadi secara sekaligus dalam anugerah Allah; tidak dikatakan bahwa penebusan dan pembenaran diperoleh secara bertahap. Seseorang bisa menjadi benar sekali untuk selamanya dengan memiliki iman kepada Tuhan, bukan secara bertahap. 
Banyak theolog, tanpa mengerti apa yang mereka lakukan, terus yakin kepada teori yang tidak masuk akal dan membuat banyak orang masuk neraka. Allah menjanjikan penebusan dan memanggil kita melalui Yesus Kristus, menjadikan kita benar, dan memuliakan mereka yang menyambuti panggilanNya. “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yohanes 1:12). Apakah Allah mempermuliakan kita? Tentu saja! Bisakah kita dipermuliakan melalui perbuatan baik dan usaha? Apakah kita harus berjuang lebih keras untuk menjadi orang benar? Tentu saja tidak! Kita sudah menjadi orang benar.
 

Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah 
 
Siapa yang melawan kita, kalau Allah di pihak kita? Tidak ada. “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasaKuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:31-39).
Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah. Tidak ada yang bisa menjadikan kita, orang-orang benar, berdosa lagi. Tidak ada yang bisa menjauhkan mereka yang sudah menjadi anak-anak Allah dan yang akan hidup di dalam Kerajaan Seribu Tahun dan Kerajaan Surga. Bisakah kesengsaraan menjadikan kita orang berdosa? Bisakah kesusahan menjadikan kita berdosa? Bisakah penganiayaan menjadikan kita berdosa? Bisakah kelaparan, ketelanjangan, bahaya atau pedang menjadikan kita orang berdosa lagi? “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Allah memberikan kepada kita Kerajaan Surga. Ia secara cuma-cuma memberikan segala sesuatu karena Ia tidak menyayangkan AnakNya sendiri untuk menyelamatkan kita. Ketika Allah mau memberikan korban yang paling besar untuk kita, mengapa, kemudian, Ia tidak menjadikan kita anak-anakNya?
 

Penebusan yang dilimpahkan Allah kepada kita adalah…
 
Allah mengatakan bahwa supaya ditebus dari segala dosa kita, kita terlebih dahulu harus mengakui bahwa Yesus Kristus diutus dalam daging sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Yang kedua, kita harus mengakui bahwa Yesus menanggung segala dosa ke atas diriNya melalui baptisanNya di Sungai Yordan. Yang ketiga, kita harus mengakui bahwa Yesus disalibkan bagi kita, dan, akhirnya, bahwa Ia dibangkitkan. Kita tidak bisa diselamatkan kalau kita tidak percaya kepada setiap peraturan yang ada di atas. 
Mereka yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, bahwa Dia adalah Allah dan sang Pencipta, dikecualikan dari keselamatan Allah. Kalau seseorang menyangkal keilahian Yesus Kristus, ia menjadi anak Iblis. Mereka yang menyangkali kenyataan bahwa Yesus menanggung segala dosa kita ketika Ia dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis tidak bisa diselamatkan juga. Yesus tidak bisa menjadi Juruselamat mereka. Mereka tidak bisa diselamatkan di dalam hati mereka, meskipun mereka percaya kepada Yesus dengan pikiran mereka. Mereka masuk neraka, meskipun mereka mengenal Yesus. Yesus Kristus mati menggantikan kita karena Ia menanggung segala dosa kita melalui baptisanNya. Yesus mati karena dosa-dosa kita, bukan karena dosa-dosaNya sendiri. Kemudian Ia bangkit kembali dari kematian untuk membenarkan mereka yang percaya dan membangkitkan mereka dalam kebangkitan.
 

Kita diselamatkan oleh iman kepada baptisanNya
 
Saya sudah mengkhotbahkan pasal 7 dalam hubungannya dengan pasal 8. Pasal 7 mengatakan bahwa seseorang yang memiliki dosa tidak bisa melakukan kebaikan. Tetapi pasal 8 berkata bahwa sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang di dalam Kristus Yesus dan bahwa iman kita kepada Yesus Kristus menjadikan kita tidak berdosa. Kita lemah dan tidak bisa hidup seturut dengan kehendak Allah, karena itu Allah Bapa mengutus Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, dan Ia menanggung segala dosa kita dengan baptisanNya ketika kita masih berdosa. Kita diselamatkan dari dosa dan dibenarkan melalui Yesus Kristus. Inilah kebenaran yang dikhotbahkan Paulus sepanjang pasal 7 dan 8. 
“Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.” Kita tidak memiliki dosa. Apakah anda ada di dalam Yesus Kristus? Apakah anda mengakui apa yang dilakukan Yesus Kristus kepada anda? Sama seperti Paulus ditebus dari segala dosanya, segala dosa kita juga ditanggung di dalam baptisan dan darah Yesus di kayu Salib. Kita sudah ditebus karena percaya kepada baptisan, darah dan kebangkitan Yesus. Kalau seseorang dengan sombong menolak untuk percaya kepada baptisan Yesus Kristus, dan kalau seseorang tetap yakin kalau Yesus dibaptiskan hanya untuk menunjukkan kerendahan hatiNya, Allah akan membuang orang itu ke dalam neraka. Jangan sombong di hadapan Firman Allah. Bagaimana bisa pendeta dan para pelayan mengabaikan mengenai baptisan Yesus ketika Paulus sendiri berbicara begitu banyak mengenai hal itu? Bagaimana mereka dapat mengabaikan iman seseorang seperti Paulus, salah satu bapa iman terbesar? Bagaimana mungkin mereka mengabaikan pengajaran hamba Allah, yang ditunjuk Allah sendiri menjadi rasul?
Kalau kita ingin mengkhotbahkan mengenai Yesus Kristus, kita harus mengkhotbahkannya seperti yang tertulis di dalam Alkitab, dan kita harus percaya seperti yang ada di dalam Alkitab. Tuhan menjelaskan kepada kita, “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:31-32). Anda dan saya menjadi percaya kepada baptisan Yesus seperti Paulus. 
Kapankah dosa-dosa anda ditanggungkan ke atas tubuh Yesus Kristus? Segala dosa kita ditanggungkan kepada Yesus Kristus ketika Ia dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis. Yesus mengatakan kepada Yohanes, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Di sini, “demikianlah” adalah “hutos” dalam bahasa Yunani, yang artinya, “dengan cara ini,” “paling tepat,” atau “tidak ada cara lain selain ini.” Kata ini menunjukkan bahwa Yesus dengan pasti menanggung segala dosa manusia ke atas diriNya melalui baptisan yang diterimaNya dari Yohanes. Baptis berarti “dibasuh.” Supaya segala dosa di dalam hati kuta bisa dibasuhkan, dosa-dosa kita harus ditanggungkan kepada Yesus Kristus.
Yesus Kristus menanggung segala dosa kita, disalibkan menggantikan kita, dan dikuburkan bersama-sama dengan kita. Paulus kemudian menyatakan, “Aku telah disalibkan dengan Kristus” (Galatia 2:20). Bagaimana mungkin kita disalibkan, ketika pada kenyataannya Yesus yang dibunuh di kayu Salib? Kita disalibkan dengan Kristus karena kita percaya bahwa Yesus menanggung segala dosa kita ke atas diriNya sendiri dan disalibkan untuk dosa-dosa itu. 
Saya memuji Tuhan yang sudah menyelamatkan saya dari segala dosa saya. Kita bisa dengan berani memberitakan Injil karena Yesus sudah menjadikan kita orang benar. Saya mengucap syukur kepada Tuhan kita karena menyelamatkan kita, yang dagingnya sangat lemah dan yang kehilangan kemuliaanNya, dari segala dosa kita.